Kamis, 15 Desember 2011

NIFAS DENGAN KESEDIHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN KESEDIHAN



LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Persalinan merupakan peristiwa yang mencekam bagi seorang wanita, baik secara fisik maupun emosionaal sehingga terkadang menimbulkan sikap emosi psikis yang dalam. Persalinan tidak hanya melelahkan, tapi terkadang juga membuat seorang wanitaa tidak berminat untuk hamil lagi. Pada hari-hari pertama setelah persalinan, perasaan yang sering hadir pada seorang ibu adalah perasaan gembira. Namun hari-hari berikutnya banyak wanita yang menjadi sedih, tidak bergairaah dan apatis.
(Prawirohardjo, 2001)

B. PENILAIAN KLINIS
Memang ada kalanya kelahiran bayi itu justru membawakan suasana hati yang sebaliknya, yaitu : kesenduan, kepedihan, kekecewaan, kepahitan hati, dan penderitaan batin. Kejadian tersebut lebih memanifestasikan peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Sedang motivsi-motivasi dan sebab-sebanya sangat bervariasi dan sering obscure (kurang jelas, gelap) sifatnya.
Umpamanya saja pada ibu-ibu yang tidak kawin dan disebabkan oleh kelahiran anaknya diluar status pernikahan “tanpa ayah”. Hal tersebut justru memberikan beban perasaan dosa dan noda yang cukup berat bagi hidupnya. Maka ikatan emosionalnya dengan anaknya itu justru merupakan elemen yang mengganggu kebahagiaannya. Bahkan ada kalanya ibu tersebut tidak dapat merasakan afeksi cinta kasih secuilpun terhadap anaknya, sebab anak tersebut dianggap sebagai benda asing yang menggetirkan kehidupannya sampai-sampai ia ingin membunuh bayinya.
Juga wanita-wanita yang tidak bahagia dalam perkawinaannya yang segera akan bercerai atau sudah bercerai dengan suaminya. Sering menanggapi ikatan dengan anaknya sebagai tugas yang terpaksa dan tidak menyenangkan. Lalu ada pula wanita-wanita histeris, yang pada awalnya mengkhayalkan kelahiran bayinya secara grandius berlebih-lebihan, kemudian menjadi sangat kecewa setelah melihat realita bayinya yang terlalu “simple” sertaa “tidak ada apa-apanya”. Selanjutnya, wanita yang dihinggapi neurosaa-obsessif yang selalu dikejar-kejar oleh emosi-emosi ambivalen dan kelelahan psikis, akan mengembangkan sikap acuh tak acuh dan tidak peduli kepada bayinya.
Wanita yang dihinggapi gejala schizofrenia, selalu mengharapkan hiburan dan kemesraan dari bayinya, akan tetapi dia sendiri justru tidak mampu mengembangkan perasaan afeksi dan kasih mesra keibuan.
Ada pula wanita-wanita infantil yang merasa tidak sanggup dan tidak berani bertanggung jawab terhadap pemeliharaan bayinya. Dia merasa sangat tidak bahagia dan enggan melakukan tugas-tugas baru mengasuh dan merawat bayinya. Juga wanita-wanita yang sangat narsistis dan hyper-maskulin, akan menganggap tugas merawat bayi dan mendidik anak kandungannya sebagai beban yang “mendegradasikan dirinya”, serta sangat tidak menyenangkan, sehingga relasi dengan anaknya justru memberikan rasa kepedihan dan ketidak-bahagiaan. Selain itu, kegagalan melahirkan anak dengan selamat (anak meninggal saat/sesaat setelah dilahirkan) akan membuat ibu larut dalam kesedihan yang berkelanjutan.
(Agus Hardjana, 2000)

C. GEJALA DAN PERAWATAN
Bila kesedihan berat menyebabkan gejala-gejala seperti gangguan pola tidur, gangguan siklus menstruasi dan kehilangan dorongan seks. Namun, perasaan paling khas yang dialami mencakup ketegangan dan sifat lekas marah, kehilangan motivasi dan energi untuk aktivitas sehari-hari sampai ketingkat dimana penderitaan hanya ingin berbaring di tempat tidur, dan rasa tanpa harapan dan kekurangan harga diri begitu mendalam sehingga yang mungkin dipikirkan atau dicoba adalah bunuh diri. Kebutuhan pertama dan paling mendesak adalah kebutuhan akan seorang yang mau mendengar dengan simpatik. Walaupun sahabat tidak dapat mengubah apa yang menyebabkan kesusahan, mereka dapat benar-benar membantu penderitaaa dengan siap mendengarkan. Dokter keluarga mungkin sanggup membanttu dengan beberapa cara, tetapi seharusnya sanggup menyerahkan kepada seorang spesialis atau layanan konseling.
Kesedihan adakalanya diakibatkan oleh penyakit fisik (ringan) dan perawatan medik mungkin perlu. Dalam kasus-kasus yang berat diperlukan obat untuk perawatan, baik dalam bentuk obat-obat anti depresan yang sangat efektif tetapi membutuhkan beberapa hari untuk mulai dapat bekerja atau penggunaan obat-obat penenang dengan waktu pendek, kendati semuanya ini mungkin menciptakan masalah-masalah ketergantungan dan hanya menunda proses kesesuaian dengan apa yang sesungguhnya menyebabkan kesedihan. Cara pertolongan bisa dilakukan seperti orang somaria yang memberikan layanan mau mendengarkan dan dukungan kaum wanita dan kelompok-kelompok bantu diri mungkin mampu memberi nasihat dengan tersedianya bantuan spesialis atau bahkan memberi layanan seperti konseling bersama.
Kesedihan sering terjadi bergantian dengan masa-masa normalitas, relatif, dan beberaoa penderita mendapati bahwa mereka sanggup menggunakan waktu-waktu istirahat untuk memformulasikan cara-cara menemukan dan menangani serangan depresi. Meskipun masing-masing orang mengalami kesedihan karena alasan-alasan yang berbeda, dan pengobatan satu orang mungkin tidak jalan untuk yang lain, pengobatan untuk banyak orang dapat diperoleh dari diskusi dalam kelompok swa-bantu, termasuk dukungan simpatik yang dapat di berikan oleh anggota pendiri.
(Agus Hardjana, 2000)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN KESEDIHAN
TERHADAP NY. R DI DESA RAMA GUNAWAN

I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 2 Februari 2007 pukul 16.00 WIB.
A. Identitas
Nama ibu : Ny. Rini Nama suami : Tn. Adri prasetyo
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Desa Raman Gunawan Alamat : Desa Raman Gunawan
B. Keluhan Utama
Post partum ± 7 jam, mengeluh nyeri dan mulas pada perut, badan terasa lemas, sedih dan cemas karena ibu kecewa anaknya lahir cacat (terdapat selaput diantara jari tangan yang saling berdekatan sehingga jari-jari itu sedikit atau banyak melekat secara dekat / sindactily) daan ibu mertuanya selalu menyalahkan ibu atas kecacatan cucunya.
C. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Anak lahir secara spontan pada tanggal 2 Februari 2007 pukul 09.00 WIB.
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Berat badan : 2800 gram
4. Panjang bandan : 50 cm
5. Apgar score : 8/9
6. lama persalinan :
a. Kala I : 7 jam, berlangsung normal atau bloodslym
b. Kala II : 30 menit, persalinan spontan, perdarahan 100 cc, jenis kelamin perempuan, BB 2800 gram, PB 49 cm, APGAR score 8/9, hidup, tunggal, cacat.
c. Kala III : 10 menit, plasenta lahir spontan, tunggal, lengkap, berat 500 gram, panjang tali pusat 50 cm.
d. Komplikasi persalinan tidak ada.
D. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah menderita sakit yang harus dirawat di rumah sakit, ibu juga tidak mengidap penyakit keturunan seperti asma, DEMOKRASI, HIV / AIDS, dan lain-lain. Selama hamil rajin memeriksakan diri ke bidan (ANX 6 ×).
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga dekat dari pihak ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit keturunan.
F. Riwayat Psikososial
1. Ibu merasa sedih karena anaknya lahir cacat
2. Ibu merasa sedih dan kecewa karena ibu mertuanya menyalahkan ibu atas kecacatan bayinya
3. Ibu merasa cemas dengan masa depan anaknya
4. Ibu mengatakan malas beraktifitas karena nyeri dan tidak ingin makan
5. Ibu langsung mau menyusui anaknya

G. Pola Hidup Sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum persalinan : Ibu makan 3 kali sehari dengan 1 piring nasi, 1 mangkok kecil sayur, 1 potong tempe, 1 potong ikan asin, minum 6 – 7gelas/hari.
Setelah persalinan : Nafsu makan ibu berkurang sehingga hanya makan sedikit.
2. Eliminasi
Sebelum persalinan : Ibu biasa BAB 1×/hari, konsistensi biasa, warna dan bau normal.
Setelah persalinan : Ibu belum BAB, BAK 1 kali
3. Istirahat
Sebelum persalinan : Ibu biasa tidur 7 – 8 jam sehari
Setelah persalinan : Ibu belum bisa tidur
4. Personal Hygiene
Sebelum dan setelah bersalin, ibu mandi 2× sehari, ganti pakaian 2× sehari.
5. Aktifitas
Setelah persalinan ibu masih perlu bantuan dan malas beraktifitas karena merasa masih lemah.
PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL
1. Keadaan umum / kesadaran : baik / composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. TD : 110 / 70 mmHg
b. Pernapasan : 20 × / menit
c. Suhu : 36 ºC
d. Nadi : 80× / menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Berwarna coklat kemerahan, tidak ada kerontokan, tampak lembab
b. Muka / wajah
Tidak ada oedema, ada sedikit cloasma gravidarum
c. Mata
Conjungtiva merah, simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikhterik, fungsi penglihatan baik, mata tampak kuyu.
d. Hidung
Fungsi penciuman normal, bersih tidak ada sekret, tidak ada peradangan dan tidak ada polip.
e. Mulut
Bersih, tidak ada peradangan, tidak ada caries dentis, fungsi pengecapan baik, bibir tampak kering.
f. Telinga
Fungsi pendengaran baik, simetris, bersih, tidak ada peradangan, tidak ada pengeluaran sekret.
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran jugularis.
h. Dada
Payudara tampak menonjol, simetris kiri dan kanan, terdapat hyperpigmentasi areola mamae, putting susu menonjol, ASI sudah keluar.
i. Abdomen
TFU 1 jari di bawah pusat, uterus teraba keras, vesika urinaria kosong, kontraksi uterus kuat.
j. Ekstrimitas Atas
Fungsi pergerakan bagus, simetris kanan dan kiri, tidak oedema, tidak ada cacat, jari-jari tangan lengkap.

k. Ekstrimitas Bawah
Fungsi pergerakan baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, tidak ada oedema, tidak ada varises, jari kaki lengkap.
l. genitalia
Tidak ada oedema, varises tidak ada, tidak ada heating, lochea rubra, warna dan bau normal, genitalia sedikit kotor.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Tanggal 2 Februari 2007.
A. Diagnosa
Ibu post partum spontan hari pertama dengan kesedihan.
DS : a. Ibu mengatakan sedih karena anaknya lahir cacat dan ibu mertuanya selalu menyalahkannya atas kecacatan bayinya.
b. Ibu mengatakan nyeri dan mulas pada perut bagian bawah.
c. Ibu mengatakan malas beraktifitas.
d. Ibu mengatakan bingung apa anaknya bisa menyusu
DO : a. Ibu post partum tanggal 2 Februari 2007, jam 09.00 WIB
b. Ibu menangis
c. Ibu tampak kuyu dan lemas
d. Pengeluaran pervaginam lochea rubra, jumlah dan warna normal.
B. Masalah
1. Gangguan psikologi
Dasar : a. Ibu mengatakan cemas dengan masa depan dan keadaan anaknya
b. Ibu nampak lemah, mata kuyu
c. Ibu menangis
2. Keterbatasan beraktifitas
Dasar : a. Ibu mengatakan malas beraktifitas
b. Ibu mengatakan nyeri / mulas pada perut bagian bawah.
3. Kebutuhan ASI bayi tidak terpenuhi
Dasar : a. Pengeluaran ASI tidak lancar
b. Ibu mengatakan belum tahu cara menyusu yang baik
c. Bayi sering menangis setelah disusui karena masih kehausan
C. Kebutuhan
1. Kebutuhan dukungan dari keluarga dekat
Dasar : a. Ibu sedih karena mertua selalu menyalahkannya
b. Ibu nampak kuyu
c. Ibu nampak lemah
d. Ibu menangis
e. Bayi ibu mengalami syndactily
2. Kebutuhan mobilisasi dini
Dasar : a. Ibu post partum 7 jam yang lalu, pertama kali bersalin
b. Ibu malas beraktifitas
c. Ibu merasa letihs
3. Kebutuhan penyuluhan post natal breast care
Dasar : a. Ibu baru pertama kali melahirkan
b. Pengeluaran ASI sedikit
c. Ibu belum mengetahui teknik post natal breast care
d. Ibu belum mengetahui teknik menyusui bayinya
e. Ibu mau menyusui bayinya.
4. Kebutuhan pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : a. Ibu post partum 7 jam yang lalu
b. Ibu belum mau / malas makan
c. Ibu tampak lemah
d. Ibu tampak kuyu
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL YANG BERHUBUNGAN
1. Potensial terjadi depresi yang lebih berat
Dasar : a. Ibu post partum hari pertama
b. Ibu mengatakan sedikit cemas karena mertuanya masih saja menyalahkannya
c. Ibu menyatakan sedih dengan keadaan bayinya
d. Ibu nampak lemah dan kuyu
e. Ibu menangis
2. Terjadi asupan gizi yang tidak adekuat
Dasar : a. Pemberian ASI tidak lancar
b. Ibu mengatakan masih bingung mengenai cara menyusui yang benar
c. Ibu menyatakan malas makan
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter Puskesmas
Bila pemenuhan ASI bayi kurang terpenuhi karena sulit menghisap putting susu ibu, disarankan melakukan breast pom agar bayi mendapat ASI yang cukup.
V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN
1. Potensial terjadi depresi post partum
a. Jelaskan kondisi ibu
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
c. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
2. P­otensial tidak terpenuhinya kebutuhan ASI bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang cara menyusui yang benar dan post natal breast care
b. Ajarkan cara penanganan sederhana perawatan post natal breast care
3. Konseling tentang manfaat dan tujuan mobilisasi dini.
a. Ajarkan ibu teknik mobilisasi dini dan jelaskan manfaatnya
b. Anjurkan keluarga untuk membantu ibu mobilisasi dini
4. konseling ibu nifas
VI. IMPLEMENTASI
1. a. Menjelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan normal masa nifas, memberikan dukungan pada ibu bahwa walau anaknya cacat tapi kelak tetap bisa beraktifitas dan bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Walaupun mertuanya masih belum bisa menerima kecacatan cucunya, masih ada suami dan keluarga lain yang setia mendampingi dan membantu ibu, seiring berjalannya waktu, ibu mertuanya diharapkan dapat memaklumi kenyataan mengenai cucunya. Mengobervasi keadaan umum dan tanda vital ibu.
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu dan meminta keluarga agar dapat memberikan pengertian pada ibu mertua mengenai cucunya.
2. Menjelaskan pada ibu tentang cara menyusui yang benar dan cara post natal breastcare
a. Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering
b. Menjaga kelancaran pengeluaran ASI
c. Mengajarkan apabila payudara bengkak akibat bendungan susu, lakukan pengompresan payudara dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat.
d. Mengajarkan pada ibu kapan saat menyusui yang baik, yaitu sesering mungkin setiap kali bayi menginginkan.
e. Mengajarkan apabila putting susu lecet oleskan ASI
f. Menganjurkan ibu memakai BH yang menopang
3. Menjelaskan pada ibu manfaat dan tujuan mobilisasi dini
a. Mengajarkan ibu teknik mobilisasi dini dan mengurangi pegal-pegal nyeri dan mempercepat proses pemulihan alat-alat tubuh dengan cara miring ke kanan dan ke kiri serta duduk. Kemudian berjalan kalau ibu sudah mampu.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu ibu mobilisasi dini.
4. Menjelaskan tanda dan bahaya yang mungkin timbul pada masa nifas (misalnya rasa sedih dan cemas yang berlebihan).
VII. EVALUASI
1. Ibu mulai mengerti tentang kondisinya. Ibu mau mulai belajar menyusui bayinya.
2. Ibu tidak menangis lagi dan selalu menciumi bayi dalam gendongannya
3. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
4. Tanda vital TD 110/70 mmHg, RR 20× / menit, nadi 80× / menit, suhu 36ºC
5. Keluarga berjanji akan memberikan pengertian kepada ibu mertua dan membantu ibu dalam merawat bayinya
6. Ibu sudah mulai duduk dan mencoba berjalan-jalan walau Cuma 2 atau 3 langkah
7. Ibu mengerti semua penjelasan dan pengarahan yang diberikan, terbukti ibu bisa mengulang kembali hal yang dijelaskan.
8. Ibu sudah mendapatkan vitamin A (200.000 iu).





CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-7 post partum tanggal 9 februari 2007
S : a. Ibu mengatakan rasa sedihnya berkurang karena suami selalu ada disampingnya dan lapang dada menerima keadaan bayinya
b. Ibu mertua dari ibu mulai bisa menerima keadaan cucunya dan mau mulai memperhatikan dan membantu ibu
c. Ibu mengatakan pengeluaran ASInya lancar
d. Ibu mengatakan bisa tidur nyenyak dan tenang
e. Ibu mengatakan kadang cemas dengan kondisi dan masa depan anaknya
O : a. Keadaan umum ibu baik
b. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80× / menit
RR : 20× / menit
Suhu : 36º C
c. TFU ½ pusat simpisis
d. Lochea sanguilenta
e. Genitalia agak kotor tapi tidak ada heacting
f. BAB 1× sehari, BAK 5 – 6× sehari
g. Ibu terkadang masih merasa sedih dan menangis
h. Pengeluaran ASI mulai lancar
i. Ibu mulai bisa tidur nyenyak dan tenang
A : a. Kecemasan ibu tentang kondisi dan masa depan anaknya
b. Istirahat terpenuhi
P : a. Observasi keadaan umum, tanda vital ibu
b. Penyuluhan dan melibatkan keluarga dalam memberi dukungan
c. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang dan istirahat cukup
Hari ke-14 post partum tanggal 16 Februari 2007
S : a. Ibu mengatakan kondisinya semakin baik
b. Ibu mengatakan tidak ada kesulitan dalam menyusui anaknya
c. Ibu mengatakan sudah bisa merawat bayinya sendiri
d. Ibu mengatakan optimis bahwa ia dan keluarga dapat mendukung kondisi anaknya agar dapat bersosialisasi dengan lingkungannya kelak
O : a. Keadaan umum ibu baik, tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80× / menit
RR : 20× / menit
Suhu : 36º C
b. Ibu tampak segar dan semangat menyusui anaknya
c. TFU 3 jari di atas simpisis
d. Genitalia bersih, tidak ada luka / heacting
e. lochea alba
f. BAB 1× sehari, BAK 5 – 6× sehari
g. Ibu bisa merawat bayinya sendiri
h. Terkadang ibu terlihat sedih tapi tidak pernah menangis lagi
i. Pengeluaran ASI lancar
A : Diagnosa ibu post partum minggu ke-2
a. Ibu tidak bersedih lagi
b. Ibu tidak cemas lagi
c. Involusi uterus baik
P : a. Anjurkan ibu tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan seimbang
c. Tetap libatkan keluarga dalam mengawasi keadaan ibu dan bayi

Hari ke-21post partum tanggal 23 Februari 2007
S : a. Ibu mengatakan tidak cemas lagi tentang kondisi anaknya karena telah mendapat informasi bahwa kondisi anaknya kelak bukanlah menjadi halangan untuk menjadi orang suskes.
b. Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan lagi
O : a. Keadaan umum baik, tanda vital :
b. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80× / menit
RR : 20× / menit
Suhu : 36º C
c. Ibu tampak ceria
d. TFU 1jari di atas simpisis
e. Genitalia bersih, tidak ada luka
f. ASI banyak dan lancar
g. Lochea alba
h. BAB 1× sehari, BAK 6 – 7× sehari
i. Ibu sangat sayang terhadap bayinya dan dapat merawat bayinya
A : Diagnosa ibu post partum minggu ke-3
a. Ibu bahagia memiliki anak
b. Involusi uterus baik
P : a. Anjurkan ibu untuk terus menyusui bayinya dan berikan ASI eksklusif
b. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan seimbang
c. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

Tidak ada komentar :

Posting Komentar