Sabtu, 05 Februari 2011

kisah cinta arteri dan vena

“Menurut mu, apa Lizzie akan memakan jantung William jika suatu saat dia dikecewakan?”
Vena tertawa kecil mendengar pertanyaan aneh ini, pertanyaan lucu tepatnya. Tapi dia tidak ingin membuat Arteri tersinggung, dia tahu, cowok ini ‘hatinya sedikit’. “Menurut ku, Lizzie ini vegetarian”, jawabnya sambil tersenyum tipis lalu melemparkan pandangannya ke laut biru di hadapan mereka.

Wajah Arteri memerah seketika, bukan marah, malu ataupun kehabisan kata-kata tapi karena dia senang gadis bermata sipit ini mulai melunak. “Bukankah Lizzie bisa saja jatuh cinta pada Kapten Jack?” Ditatapnya Vena sekilas sebelum dia merebahkan tubuhnya ke atas pasir.
                                       

“Hmm..bisa saja”. Vena mulai tertarik dengan topik ini, yah, dia suka menonton dan mengamati kisah cinta di setiap film. “William ini benar-benar laki-laki bodoh ya”, seharusnya dia tak menyerahkan kotak yang berisi jantungnya pada Lizzie”, katanya lalu tersenyum tipis pada Arteri. Sekilas pandangan mata mereka beradu, Vena dengan cepat membuang pandangannya ke tempat lain, dia mulai takikardi.
“Dia tak bodoh hanya…”
“Hanya kenapa?” desak Vena.
“Hanya sedang jatuh cinta” kata Arteri. Beberapa detik waktu terasa berhenti, tak ada yang berkata apa-apa. “Apa aku terlihat bodoh?” Arteri berusaha membuka percakapan. Vena hanya diam, dia tahu pembicaraan mereka akan mengarah kemana. Bukannya dia ingin menolak Arteri, tapi dia benar-benar tak siap membiarkan seseorang memasuki hidupnya.
“Menurutmu, apakah bisa terjadi kontraksi separuh jantung?” tanya Vena spontan.
Arteri kembali menegakkan tubuhnya, dia bisa menangkap sinyal penolakan dari Vena. Tapi dia tak ingin menyerah begitu saja. Untuk membuat Vena ada bersamanya di Pantai Akarena ini telah mengorbankan banyak tenaga dan pikirannya. Tenaga untuk menjadi sopir sebulan si Lina, adik Vena hanya demi menjebak Vena untuk bisa duduk bersamanya saat ini. Belum jadi adik ipar saja repotnya minta ampun, bagaimana nasibnya kalau mereka akhirnya benar-benar menjadi keluarga. Itupun kalau Vena menerimanya. Dia kembali fokus pada pertanyaan Vena. “Jika sebuah impuls terjadi secara spontan di salah satu bagian jantung, maka akan menyebar ke seluruh jantung”.
“Jadi?” tanya Vena menginginkan jawaban lebih.
“Ya, intinya tidak akan pernah ada kontraksi separuh jantung” kata Arteri sambil menatap Vena lekat-lekat. “Seperti perasaan ku padamu, utuh!”
“Jawaban mu sangat tumpul”, Vena tak berani menatap Arteri. Dia tahu kata-katanya barusan akan membuat cowok berkacamata ini kehabisan kata-kata.
“Hmmm, aku tahu kau hanya pura-pura lupa dengan sinsitium fungsional”. Arteri tak membiarkan pandangannya lepas dari gadis ini. “Otot polos viseral dihubungkan oleh gap junction yang memungkinkan perambatan potensial aksi sehingga sel-sel jantung akan berkontraksi secara kesatuan”. Ditatapnya Vena lebih dekat tetapi Vena memalingkan wajahnya. “Baiklah, atrium dan ventrikel masing-masing membentuk suatu sinsitium fungsional dan berkontraksi sebagai unit yang terpisah” lanjut Arteri.
Vena tak mau kalah, bukan ingin beradu ilmu, tapi dia hanya ingin membuat Arteri jengah. Mengajak seorang cowok berdiskusi soal perkuliahan di saat dia ingin menembakmu dengan kata-kata romantis memang perbuatan yang sangat keterlaluan. Vena mencaci maki dirinya sendiri tapi dia tak punya pilihan lain.
“Ya, tapi bukankah tidak ada gap junction di antara sel-sel kontraktil atrium dan ventrikel?” tanya Vena sambil mengernyitkan dahinya.
Arteri tersenyum lalu memegang tangan Vena hingga gadis ini tampak salah tingkah. “Ayolah, aku ingin menjadi pacar mu, bukan dosen”, kata Arteri akhirnya tanpa basa basi. Vena kini membiarkan Arteri menatapnya, mencari jawaban yang tepat kenapa jantungnya bisa berkontraksi sekuat sekarang ini.

“Baiklah, kalau aku tak salah ingat, ada suatu sistem penghantar khusus  untuk mempermudah transmisi kedua massa otot ini supaya dapat berjalan sinkron, tapi, aku lupa juga sih” Arteri lalu tertawa lepas, akhirnya bebannya menjadi ringan. Tak mudah menyimpan “rasa suka”, sebaiknya diungkapkan, ini pelajaran berharga buat nya.

Kedua nya lalu diam, sibuk menenangkan jantung mereka yang berkontraksi dengan kuat. “Buka kembali fisiologi jantung, jelaskan pada ku di kencan pertama kita malam minggu nanti”, kata Vena sambil menggenggam erat tangan Arteri. Dia ingin memberi cowok berkacamata ini satu kesempatan untuk memasuki hatinya.  bisiknya pada Arteri.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar