Mitos Yang Berkembang Di Masyarakat Tentang Makanan Berpantang Bagi Ibu
Hamil.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hartanti Bahar Amd,keb dengan judul Kondisi
sosial budaya berpantang makanan dan implikasinya pada kejadian anemia
ibu hamil (Studi kasus pada masyarakat pesisir Wilayah Kerja Puskesmas
Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil
selama masa kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati dan
gabungan dari keduanya (golongan nabati dan hewani).
Makanan
yang dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-cumi, gurita,
kepiting, daging, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan pari,
ikan yang tidak memiliki lidah, ikan yang memiliki banyak duri
(terundungan) dan telur bebek. Kepercayaan berpantang makan ini
didasarkan atas hubungan asosiatif antara bahan makanan tersebut menurut
bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu
dan bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil berpantang makan cumi-cumi
sebab cumi-cumi berjalan maju mundur diasosiasikan dengan proses
melahirkan yang sulit di pintu lahir, bayi akan menyulitkan persalinan
dengan maju mundur pada saat proses kelahiran.
Kepiting
dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka menggigit jika
besar. Gurita dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan dengan bayi
yang juga akan lemah fisiknya seperti gurita. Kepiting dan udang yang
baru ganti kulit dilarang sebab bertekstur lembek tidak bertulang
diasosiasikan dengan anak yang juga akan lemah tak bertulang jika lahir,
begitu juga dengan ikan pari dipantang karena memiliki tulang lembut
dipercayai akan menyebabkan bayi juga bertulang lembut, daging dipantang
karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan melahirkan jika bayinya terlalu
sehat, ikan yang bemiliki banyak duri (terundungan) dilarang karena
akan menyebabkan perasaan ibu hamil tidak enak dan menimbulkan rasa
panas selama kehamilan, telur bebek dipantang karena akan menyulitkan
persalinan.
Makanan
yang dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah mangga macan,
durian, nenas, nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun kelor, nangka
muda, kelapa muda, pepaya muda, terong dan tebu.
Ibu
hamil berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena
dianggap bersifat panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas
dingin. Ibu hamil dianggap dalam kondisi dingin sehingga tidak boleh
makan makanan yang sifatnya panas sebab dapat menyebabkan keguguran
kandungan pada umur kehamilan muda. Kelapa muda dipantang pada awal
kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran, rebung dilarang karena
dikhawatirkan akan menyebabkan anak memiliki banyak bulu/rambut jika
lahir, pisang kembar dipantang diasosiasikan anak juga akan kembar jika
lahir, daun kelor dilarang karena mengandung getah yang pedis yang akan
menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan
“getah kelor”, juga karena daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan
ari-ari bayi yang juga akan berakar.
Ibu
hamil berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka muda juga
memiliki getah yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran.
Pepaya muda dipantang karena dapat menyebabkan gatal-gatal pada ibu
hamil dan bayi yang ada didalam kandungan. Terong dilarang karena juga
dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu dan bayinya. Tebu dilarang
karena akan menyebabkan rasa sakit karena ibu akan mengeluarkan banyak
air mendahului proses kelahiran diasosiasikan dengan tebu yang juga
mengandung banyak air.
Berpantang
makan dari golongan hewani dan nabati berupa: mengurangi porsi makan
(kuantitas), pantangan makan sembunyi-sembunyi, dan pantangan makan di
waktu-waktu tertentu. Berpantang makan dipiring besar juga disertai
tidak boleh makan dengan beberapa piring.
Makan dipiring besar diasosiasikan dengan bayi yang juga akan memiliki ari-ari yang besar dan dapat menyulitkan persalinan. Makan dipiring terpisah diyakini akan mengakibatkan proses melahirkan akan tersendat-sendat. Makan sembunyi-sembunyi saat hamil di yakini akan menyulitkan persalinan dengan keluarnya feses pada saat melahirkan. Makan diwaktu magrib dipantang sebab waktu magrib diasosiasikan dengan waktu keluarnya makhluk halus yang dapat membahayakan kehamilan.
Makan dipiring besar diasosiasikan dengan bayi yang juga akan memiliki ari-ari yang besar dan dapat menyulitkan persalinan. Makan dipiring terpisah diyakini akan mengakibatkan proses melahirkan akan tersendat-sendat. Makan sembunyi-sembunyi saat hamil di yakini akan menyulitkan persalinan dengan keluarnya feses pada saat melahirkan. Makan diwaktu magrib dipantang sebab waktu magrib diasosiasikan dengan waktu keluarnya makhluk halus yang dapat membahayakan kehamilan.
Informasi
yang diperoleh dari salah satu tokoh masyarakat (HS, 71 tahun) mengenai
pantangan dan larangan selama kehamilan, larangan-larangan dan
pemali-pemali banyak ditemui pada suku Bugis, Buton dan Bajo. Khusus
pada suku Tolaki kepercayaan dan pantangan-pantangan tersebut sudah
jarang ditemukan bahkan tidak ada. Hal ini juga di dukung dengan hasil
observasi kepada salah satu ibu hamil dari Suku Tolaki (ER, 32 tahun)
yang menyatakan bahwa selama hamil dari anak pertama hingga anak ketiga
tidak ada pantangan makan dan pemali yang dianut dan dilaksanakannya.
2.3 Evidence Based Tentang Makanan Berpantang Bagi Ibu Hamil
2.3 Evidence Based Tentang Makanan Berpantang Bagi Ibu Hamil
a. Dulu
:Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu
sendok makan per hari) menjelang kelahiran.Maksudnya agar proses
persalinan berjalan lancar.
Sekarang
:Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam amino,
glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
b. Dulu :wanita hamil dilarang minum air es agar bayinya tak besar.
Sekarang
:Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi
baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan.
Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu
membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang
berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
c. Dulu :ibu dillarang makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Sekarang
:Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit
berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu
hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu
saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang
ikan mentah.
d. Dulu :Ibu hamil dilarang makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Sekarang
:Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu
diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut.
Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan
lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa faktor nilai dan norma dalam
sosial budaya yang berkaitan dengan kepercayaan tertentu terhadap
makanan mempunyai relasi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2010. Perilaku berpantang makan
makanan ini meliputi berpantang makan golongan hewani yakni cumi-cumi,
udang, kepiting, gurita, telur bebek dan beberapa jenis ikan. Golongan
nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, sayur terong, nangka dan
papaya muda serta beberapa jenis buah-buahan. gabungan keduanya berupa
mengurangi porsi makan selama hamil dan pantangan makan di waktu-waktu
tertentu.(Hartanti bahar,2010)
B. Saran
i. Hendak
nya ibu dan keluarga tidak mudah mengikuti mitos yang sudah menjadi
ada-istiadat setempat,ada baik nya ibu hamil dan keluarga bertanya
langsung kepada Bidan dan tenaga medis setempat serta membaca referensi
tentang gizi-gizi yang harus dicukupi oleh seorang ibu hamil
ii. Seorang
bidan dan tenaga kesehatan hendaknya sering-sering memberikan pedkes
pada masyarakat setempat agar masyarakat dapat merubah pola pikirannya
tentang makanan yg dianggap pantang dimakan oleh ibu hamil yang
sejatinya sangat diperlukan untuk perkembangan janin yang dikandungnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar